Monday, June 15, 2009

Tuhan adalah Bapaku

Untuk mengenal Allah lebih dalam, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengenal Allah. Yang kedua adalah mengasihi Allah dan yang ketiga melayani Allah. Ketiga hal ini tidak boleh dibalik. Kita harus mengenal Allah lebih dulu baru mengasihi dan melayani Allah. Tidak boleh melayani dulu untuk akhirnya mengasihi dan mengenal Dia. Jadi mengenal Allah itu sangat penting.

Langkah pertama untuk mengenal Allah adalah mengenal-Nya sebagai Bapa kita sesudah kita lahir baru. Kalau kita tidak lahir baru, tidak percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, kita tidak bisa mengenal Allah dengan lebih dalam lagi. Tapi setelah kita punya pengalaman keselamatan, maka kita seharusnya segera mengenal Allah sebagai Bapa kita. Karena itu tujuannya Yesus datang, membawa kita mengenal Allah sebagai Bapa. Bapa adalah tujuan dan Yesus itu jalannya.

Banyak orang yang sudah kenal Yesus tapi tidak sampai pada tujuannya yaitu mengenal Bapa. Seperti kisah Filipus yang bertanya kepada Tuhan Yesus, "Tuhan, coba tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. Itu sudah cukup." Yesus menjawab, "Filipus Filipus, kamu sudah begitu lama bersama Aku tapi kamu tidak tahu. Barang siapa yang sudah melihat Aku, dia sudah melihat Bapa". Jadi ada orang yang sudah bersama-sama dengan Yesus tapi tidak bisa melihat gambar Bapa. Karena itu ada orang yang sudah menyebut Kristen, sudah percaya Yesus, tapi dalam pemikirannya belum bisa mengenal Allah sebagai Bapa.

Di dunia ini jarang orang memakai nama pribadinya seperti Yesus dan Roh Kudus. Artinya nama Yesus dan nama Roh Kudus itu eksklusif. Itu hanya dikhususkan untuk Allah. Manusia jarang memakai nama itu. Sehingga untuk mengidentifikasikan Yesus dan Roh Kudus sebagai Allah itu lebih gampang. Tapi ketika kita bilang Allah adalah Bapa, gambaran bapa duniawi kita langsung menguasai pikiran kita. Kalau hubungan kita sama bapa kita di dunia tidak baik, seringkali kita juga tidak baik hubungannya dengan Allah sebagai Bapa. Apalagi kalau kita punya pengalaman traumatis dengan bapa kita di dunia, kita bisa juga trauma dengan Bapa di surga karena namanya sama. Karena itu kita perlu datang kepada Tuhan supaya kita dipulihkan. Supaya kita bisa mengenal Allah sebagai Bapa.

Ulangan 1:27-28
Kamu menggerutu di dalam kemahmu serta berkata: Karena Tuhan membenci kita, maka Ia membawa kita keluar dari tanah Mesir untuk menyerahkan kita ke dalam tangan orang Amori, supaya dimusnahkan. Ke manakah pula kita maju? Saudara-saudara kita telah membuat hati kita tawar dengan mengatakan: Orang-orang itu lebih besar dan lebih tinggi dari pada kita, kota-kota di sana besar dan kubu-kubunya sampai ke langit, lagipula kami melihat orang-orang Enak di sana.

Orang Israel sewaktu kesulitan datang, ketahuan kalau pengenalan mereka akan Allah ternyata salah. Mereka bilang, "Tuhan, Engkau jahat! Engkau membenci kami!". Bagaimana orang Israel bisa mengasihi Allah kalau mereka menganggap bahwa Allah membenci mereka? Allah tidak membenci orang Israel. Mereka bisa mendapat kesan itu karena mereka 400 tahun diperbudak. Selama 400 tahun mereka menerima perlakuan yang jahat, menyakitkan, direndahkan dan dihina. Perlakuan-perlakuan itu membuat mereka akhirnya berpikir Tuhan juga sama.

Kita biasanya belajar mengenal Allah itu lewat orang tua kita, khususnya lewat seorang pribadi yang namanya bapa. Itu bukan kebetulan! Bapa surgawi namanya Bapa, bapa duniawi kita juga namanya bapa. Itu adalah ide Allah sendiri. Kita memiliki bapa di dunia karena Bapa di surga menitipkan kita, menaruh kita di sebuah keluarga supaya dari kecil kita bisa mengenal Allah Bapa lewat bapa duniawi kita. Jadi bisa dibilang keluarga itu adalah sekolah pengenalan akan Allah. Orang yang memiliki bapa duniawi yang rusak, biasanya meskipun sudah menjadi orang Kristen, dia kesulitan mengenal Allah sebagai Bapa.

Sasaran iblis adalah merusak gambaran ‘bapa'. Gambaran ‘bapa' dirusak, habis dihancurkan sehingga banyak bapa di dunia ini yang tidak beres. Tapi Tuhan baik. Tuhan tidak biarkan kita sendirian. Maleakhi 4:5-6 dikatakan, "....ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya...." Tuhan tidak membiarkan gambar ‘bapa' rusak. Tuhan tidak membiarkan gambaran ‘bapa' kita terus-menerus hancur. Karena kalau gambar ‘bapa' itu hancur, kita juga tidak bisa mengenal Allah sebagai Bapa. Maka Tuhan mau memulihkan gambar itu. Karena itu Yesus datang ke dunia ini dan Dia harus jadi anak dulu. Yesus menjadi anak supaya menjadi model buat kita, menggantikan kita untuk menggambarkan bagaimana dekatnya hubungan Dia dengan Bapa di surga.

Matius 3:16-17
Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."

Di dalam ayat ini, ada empat hal yang bisa kita dapatkan dari Bapa kita yang sebenarnya sudah hilang dari bapa duniawi kita. Yang pertama, ‘kepadanya Aku berkenan'. Luar biasa! Sejak kita lahir baru percaya Yesus, kita berkenan kepada Tuhan. Artinya berkenan, Tuhan tidak pernah menolak kita, tidak pernah membuang kita, Tuhan selalu berkenan kepada kita karena Dia Bapa kita dan kita anak-Nya. Artinya Tuhan memberi keintiman kepada kita. Kunci pemulihan adalah mengampuni bapamu. Kalau kita tidak ampuni, tidak akan pernah terjadi kelepasan.

Allah itu kita boleh panggil Abba (Aram). Kalau di bahasakan dalam bahasa modern sekarang, artinya adalah ‘papa'. Itu maksudnya! Kita harus memiliki keintiman itu. Kita tidak bisa intim dengan Bapa Karena kita melihat gambaran bapa duniawi kita yang tidak pernah intim sama kita. Jadi itu mempengaruhi kita sehingga kita tidak bisa intim dengan Bapa kita di surga. Supaya intim dengan Bapa di surga, ampunilah bapamu yang tidak intim itu. Tuhan berkenan kepada kita.

Yang kedua adalah ‘identitas'. Karena Yesus dikatakan, "Kamulah Anak-Ku yang Kukasihi". Yesus punya identitas. Sebelum Dia melayani, dia belum punya identitas. Hanya bapa yang bisa memberi identitas kepada anaknya. Seorang ibu tidak bisa. Ibu hanya bisa memberi kehangatan, perhatian, pemeliharaan, tapi hanya bapa yang bisa memberi visi, identitas dan nilai-nilai. Karena itu kalau di keluarga kita tidak ada bapa, kita tidak pernah dapat identitas. Begitu dalamnya satu kata yang di ucapkan seorang bapa. Banyak kasus homoseksual terjadi karena bapanya tidak memberikan identitas kepada anaknya sewaktu anaknya masih kecil. Seorang anak manusia perlu mendapatkan identitas.

Tahukah kamu kalau Bapa di surga ada di sini, Dia akan bangga sama kamu. Mungkin bapa kamu di dunia tidak pernah bangga sama kamu, tapi Bapa kamu di surga bangga sama kamu. Dia bilang, "Inilah anak-Ku yang Aku kasihi." Di dunia ini mungkin tidak pernah ada orang yang tepuk-tepuk kita, tapi Bapa akan bilang, "Kamu anak-Ku yang Aku kasihi." Identitas!! Dahsyat sekali. Bapa kita memberi rasa berharga yang sejati, bukan yang palsu. Kalau dunia memberikan rasa berharga yang palsu. Rasa berharga karena apa yang kita lakukan. Tapi Bapa kita memberikan kita identitas yang sejati. Kita berharga bukan karena apa yang kita lakukan. Kita berharga semata-mata karena kita anak-Nya Bapa. Betapa pentingnya kata Tuhan, "Kamu adalah anakKu!!".

Yang ketiga adalah ‘disiplin'. Yesus pribadi yang sangat disiplin. Dia taat sekali kepada Bapa-Nya. Karena Dia seorang anak yang sangat luar biasa dan Bapanya juga mendisiplin Dia. Tapi di dunia ini kita tidak dapat itu. Biasanya di keluarga ada dua macam ekstrim. Kita didisiplinnya keras atau tidak pernah didisiplin sama sekali. Tapi kebanyakan di Indonesia yang saya temukan, disiplinnya semena-mena. Itu mempengaruhi kita sehingga kalau datang sama Tuhan ketakutan. Tetapi itu semua tergantung bagaimana pandangan kita terhadap satu kata yang namanya ‘bapa'. Engkau musti jujur. Bapamu seperti apa? Ada Bapa di surga yang mengasihi engkau. Engkau perlu ketemu Dia. Karena Dia adalah Bapa yang mengerti bagaimana mendisiplin kita. Tidak seperti disiplin salah yang kita jumpai di keluarga kita. Kita perlu disiplin yang benar, tapi yang kita dapat adalah kekerasan atau tidak pernah didisiplin sama sekali. Tapi Tuhan mau sembuhkan kita.

Yang keempat, dikatakan, "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi". Tuhan mengasihi kita. Hal yang perlu kita dapatkan dari Bapa kita yang seringkali tidak kita dapatkan dari bapa duniawi kita adalah kasih yang tidak bersyarat. Kasih yang kita dapat itu bersyarat. Kita tidak pernah dapat kasih yang sesungguhnya. Tapi ada seorang pribadi yang mengasihi kita tanpa syarat.

Kita tahu kisah anak yang hilang. Waktu dia tinggalkan bapanya, hidupnya hancur. Waktu dia punya uang, orang mengasihi dia. Tapi waktu uangnya habis, tidak ada satu temanpun yang perduli. Itulah kasih dunia, bersyarat! Tapi waktu dia pulang, itu dahsyat! Ada seorang yang mengasihi dia. Orang kampungnya tidak ada yang kenal dia lagi. Karena dia sudah berubah. Ketika kita berubah, orang tidak kenali kita dan tidak mengasihi kita lagi. Tapi ada seorang pribadi, sejak dia pergi, matanya tidak pernah tidak menantikan dia. Hatinya tidak pernah tidak menantikan dia. Dan itulah Bapa di surga. Itu gambaran Bapa di surga. Alkitab bilang bapanya lari dan bapanya peluk dia. Bisa bayangkan bau babi dipeluk? Bapanya langsung bikin pesta. Pernah tidak kita gagal lalu dibikinin pesta? Tapi Alkitab mencatat seperti itu.

Seringkali kita malah menjadi seperti anak sulung. Kita melayani, rajin ke gereja, kita tahu segala-galanya tentang Bapa. Satu hal saja yang kita tidak tahu. Kita tidak mengerti kasih tak bersyarat. Bagi anak sulung, kasih adalah barter. Jadi kita memiliki pandangan, kalau kita lebih mengasihi Tuhan, Tuhan lebih mengasihi kita. Kalau kita lebih taat, Dia lebih mengasihi kita.

Ingat, kasih Tuhan itu tidak bersyarat. Kita menerima kasih yang bersyarat dari bapa kita. Karena itu kita sering berpikir Allah juga kasihnya bersyarat. Padahal Allah kita kasihnya tidak bersyarat. Yang bersyarat adalah janji-Nya. Contoh, kita tidak bisa diberkati kalau kita tidak punya iman. Tapi sering kali kita mau diberkati tanpa iman. Kita mau janji-janji yang tak bersyarat tapi kita praktekkan kasih yang bersyarat. Kasih Tuhan tidak bersyarat. Manusia selalu melihat perbuatan yang di luar tapi Tuhan melihat motivasi. Kalau di dunia ini ada bapa yang bisa mengasihi kita, Bapa kita yang di surga lebih daripada bapa kita yang ada di dunia. Kita mungkin mengalami banyak kepahitan, banyak dari antara kita yang tidak bisa mengampuni. Tapi Tuhan mau kita mengampuni.

source: Ir. Eddy Leo MTh