Sunday, December 27, 2009

Kunci untuk perubahan hidup

Perubahan adalah salah satu kata favorit saya akhir-akhir ini. Mengutip kata-kata dari sebuah iklan "Perubahan itu penting". dan benar sekali hal tersebut sangat penting. Dunia ini berubah begitu cepat sampai ada salah satu hukum yang berkata " Teknologi akan meningkat dua kali lipat setiap 3 tahun". Banyak bukti nyata dari hukum ini, zaman dahulu kita masih ingat bagaimana kartu pos dan surat menjadi penghubung begitu banyak orang lalu kemudian digantikan pager dan sekarang dengan HandPhone.

Suka atau tidak suka, benci atau tidak benci, mau atau tidak mau, dunia terus mengalami perubahan. Kalau seseorang tidak mau berubah maka dia akan tertinggal. Dan setiap hal di dunia ini berubah dan mungkin hanya ada satu hal yang tidak berubah yaitu perubahan itu sendiri.

Waktu malam natal, saya berkumpul dengan teman-temanku bukan kumpul-kumpul untuk makan-makan tetapi kami berkumpul untuk saling sharing / evaluasi apa sih hal yang sudah kita alami , hal yang berkesan, pelajaran apa yg diterima, apa yang sudah dicapai dalam tahun ini. Saya bersyukur telah diundang dalam pertemuan ini karena dengan ini saya sendiri bisa menilai sejauh apa dan apa yang telah saya capai tahun ini.

Tapi bukan hal itu yang saya bahas saat ini, tetapi ada satu hal yang menggelitik hati dan pikiran saya. Salah satu teman saya sebut aja si Ari (bukan nama sebenarnya). Dia menceritakan pengalaman yang paling berkesan pada tahun ini. Salah satunya, dia sempat menderita penyakit dalam salah satu saluran pencernaannya. Ketika mengalami hal itu, dia mengalami pergolakan batin yang luar biasa, dia menceritakan hal tersebut dengan sangat detil sekali. Lalu dia bersumpah (mungkin lebih tepat bernazar) kepada Tuhan bila penyakit ini disembuhkan maka dia akan kembali ke Tuhan dan lebih serius lagi dalam perjalanan rohaninya.

Doa yang berasal dari hati pastilah dijawab, dalam beberapa hari kemudian dia sembuh. Lalu sesuai dengan janjinya dia mencoba kembali mendekat kepada sang Pencipta. Tapi hal tersebut hanya terjadi dua hari saja. Selebihnya dia terlalu malas untuk konsisten. Ketika dia selesai menceritakan hal ini, saya dan teman saya mencoba untuk men encourage dan mengingatkan kembali janji pribadinya untuk Tuhan. Cukup lama kami semua berusaha untuk memotivasinya. Tapi dia selalu berkata "gw gk bisa" "gw orangnya keras" "percuma u orang ngmg, gw emg orangnya kaya gini". Saya sendiri bahkan sudah menegur sangat keras tapi dilihat dari bahasa tubuhnya hal tersebut hanya sia-sia belaka.

Saya teringat salah satu statement yang berkata "Seseorang haruslah cukup besar untuk mengakui kesalahan-kesalahannya, cukup cerdas untuk memetik pelajaran darinya, dan cukup kuat untuk berubah". Ari sudah cukup besar untuk mengakui kesalahan dia dan tidak hanya itu dia tahu apa yang salah dari dirinya. Dua hal yang sudah sangat baik sekali tetapi sayang sekali dia tidak cukup mau/kuat untuk berubah. Hal inilah yang membuat saya berpikir ketika sedang berada dalam perjalan di motor sehabis pulang dari jalan-jalan.

Kenapa orang sulit sekali untuk berubah? Saya menemukan bahwa pertama, orang terlalu takut untuk berubah dan sudah benar-benar nyaman di dalam zona nyaman (comfort zone). Mereka takut bila berubah, maka bukan lebih baik maka hal buruk yang terjadi. kedua, perubahan itu tidak enak dan memerlukan proses waktu yang tidak instant !!

Apa yang harus dirubah untuk perubahan itu permanen/konsisten? saya menemukan 2 hal yang penting sekali

A. Perubahan pikiran
Ketika di motor, saya berusaha mencari apa kata sang Pencipta tentang perubahan tapi seingat informasi di otak saya saya hampir tidak pernah menemukan kata "berubah" yang tertulis tetapi secara ajaib Roh Kudus mengingatkan satu ayat yaitu Roma 12:2

Rom 12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi BERUBAHLAH OLEH PEMBAHARUAN BUDIMU, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

Langsung saya disadarkan, inilah kunci untuk perubahan yaitu pembaharuan budi atau dengan kata lain pembaharuan pikiran / perubahan pikiran. Kita tidak akan bisa berubah secara permanen bila pikiran kita belum terlebih dahulu berubah.

Motivator sekaligus pakar kepemimpinan, Dr. John C. Maxwell dalam bukunya Thinking for A Change menyatakan ada 6 langkah yang bisa mengubah hidup manusia. Pertama, kita harus mengubah cara berpikir kita. Mengubah cara berpikir akan mengubah keyakinan kita. Kedua, jika keyakinan kita berubah, harapan kita akan berubah. Ketiga, jika harapan kita berubah sikap kita berubah. Keempat, jika sikap kita berubah, perilaku kita berubah. Kelima, jika perilaku kita berubah, kinerja kita berubah. Dan keenam, jika kinerja kita berubah, hidup kita akan berubah.

Dari pernyataan Dr. Maxwell ini saya mencatat bahwa perubahan diri selalu dimulai dengan perubahan pola pikir. Hal ini sangat sejalan dengan firman Tuhan yang disampaikan oleh rasul Paulus agar sebagai pengikut Kristus kita harus berubah oleh pembaharuan budi kita. Hanya saja, saya perlu mengingatkan sekali lagi bahwa perubahan tidak selalu menyenangkan. Bahkan kalau suatu proses perubahan itu terasa mulus dan sangat enak, bisa jadi itu bukan perubahan. Perubahan selalu menuntut pengorbanan namun perubahanlah satu-satunya sarana efektif menuju ke tahapan kehidupan yang lebih baik.

Saya juga diingatkan pada ayat lainnya yang menjelaskan hal ini
Ams 4:23 Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.

Dalam bahasa aslinya (ibrani), kata kehidupan mempunyai arti yaitu "batas-batas kehidupan". Jadi hati (pikiran) kitalah yang menentukan batas kehidupan kita !! wow kebenaran yang luar biasa sekali, dulu saya sering mengatakan pada diri saya sendiri " saya orangnya pemalu, saya tidak mungkin bisa berbicara di depan umum, teman saya sedikit dsb" saya sedang membatasi kehidupan saya sendiri, saya sedang memenjarakan pikiran saya dan saya menghalangi Tuhan untuk bekerja lewat kehidupan saya. Dan ketika cara berpikir saya sudah berubah, saya sekarang melihat ternyata saya mampu untuk berbicara di depan banyak orang, mampu berdampak dan menjadi berkat untuk banyak orang.Bahkan kalau saya berkata dulu saya orang pemalu, teman-teman saya tidak ada satupun yang percaya hal itu dan mereka sering menambahkan "Kalau dulu pemalu, sekarang malu2in". Jika saya saja bisa, pastilah anda yang membaca tulisan ini juga bisa !!!

B. Komunitas yang membantu perubahan tersebut
Di sekolah saya ingat dalam salah satu buku pelajaran saya , tertulis "manusia adalah makhluk sosial yang berarti manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain". Suatu kebenaran yang luar biasa dan ini berlaku dalam proses perubahan itu sendiri. Saya sering menemukan orang lain bahkan diri saya sendiri, seringkali kita termotivasi untuk berubah tetapi ketika dilakukan, perubahan itu hanya terjadi secara sesaat mungkin hanya 2 hari, 1 minggu atau 1 bulan saja. Dengan perkataan lain, perubahan tersebut tidak konsisten.

Untuk perubahan tersebut menjadi konsisten, kita membutuhkan bantuan orang lain !! Kita tidak akan bisa berubah tanpa adanya dukungan dari orang lain. Pernah suatu saat, saya termotivasi untuk berubah dalam suatu hal tetapi tidak lama berselang ada suatu tantangan , ada masalah yang menghadang dan saya merasa diri saya tidak mampu untuk berubah. Pada saat seperti itulah, ada sahabat-sahabat yang mendukung, memberi kata-kata yang membangun. Kata-kata seperti "Ayoo kamu pasti bisa", "gw yakin u pasti bisa lewatin hal ini". Perkataan seperti itu, seperti air segar yang menyiram pikiran saya dan saya termotivasi kembali untuk berubah dan akhirnya saya bisa berubah secara konsisten dalam hal tersebut.

Friday, December 11, 2009

Reach Your Dream

"Tidak ada yang terjadi kecuali Anda memimpikannya terlebih dahulu (nothing happens unless first a dream)," kata Carl Sandburg. Tidak berlebihan jika ada yang mengatakan impian adalah adalah titik awal sebuah prestasi. Berdasarkan pengalaman pribadi dan dari apa yang saya pelajari ada sejumlah tahap penting yang diperlukan agar sebuah impian dapat menjadi kenyataan.

Pertama, perjelas impian Anda dan tuliskan. Pada awal mula impian itu mungkin hanya berwujud angan-angan dan Anda mungkin melihatnya secara sekilas dalam imajinasi Anda. Mungkin pada saat itu Anda akan berkata dalam hati Anda, "Keadaan seperti inilah yang aku inginkan."

Jika angan-angan itu ditindaklanjuti dengan perenungan pribadi, diskusi dengan orang lain (misalnya pembimbing Anda), doa dan sebagainya angan-angan itu akan bertambah matang dan menjadi visi. Ketika ia telah menjadi visi, timbul gairah dalam diri sang empunya visi. Persis seperti yang dikatakan Bill Hybels dalam bukunya Courageous Leadership, "vision is a picture of the future that produces passion."

Seiring perjalanan waktu, visi itu akan semakin matang dan membuat Anda tidak sabar untuk segera mewujudkannya. Saran saya, buatlah visi itu menjadi sebuah target yang memiliki unsur S.M.A.R.T, yaitu:

Specific (artinya sespesifik mungkin alias tidak kabur). Misalnya Anda mengatakan ingin jadi orang kaya, Anda harus mendefinisikan secara jelas apa itu kaya. Apakah punya rumah besar, mobil mewah, popularitas atau dapat membantu sebanyak mungkin orang yang membutuhkan. Jika Anda ingin punya mobil, definisikan secara jelas mobil apa. Apakah mobil sedan, jeep, mini bus atau mobil seperti apa? Mereknya apa? Intinya, impian itu harus dapat Anda lihat jelas dalam imajinasi Anda. Tidak samar-samar!

Measurable (dapat diukur atau ada angkanya). Seorang pengusaha pernah menasehati saya, "If you can not measure it, you can not manage it." Saya rasa pernyataan tersebut sangat benar. Itulah sebabnya perusahaan-perusahaan besar setiap awal tahun selalu memasang target yang jelas mengenai peningkatan omset perusahaan, dan sebagainya. Hal ini juga berlaku bagi impian pribadi Anda. Jika Anda memimpikan sebuah rumah, Anda harus mendefinisikan rumah seharga berapa yang ingin Anda beli, luasnya berapa atau kredit berapa lama? Begitu pun kalau Anda memimpikan mobil, harganya berapa, berapa cc, dan seterusnya.

Achievable (dapat Anda raih). Buktinya sudah ada orang yang meraihnya saat ini atau jika belum ada yang meraihnya, paling tidak hal tersebut logis menurut Anda. Mengapa? Karena bisa jadi, Andalah orang pertama yang meraih hal tersebut. Seperti ketika Orville dan Wilbur Wright berhasil menemukan pesawat terbang padahal sekitar tiga puluh tahun sebelumnya ayah mereka yang kebetulan seorang pendeta dengan tegas menyatakan, tidak mungkin manusia bisa terbang. "Kalau memang Tuhan menghendaki manusia terbang, tentu Ia akan memberikan sayap," kata Pendeta Milton Wright. Sesuatu yang tampaknya tidak masuk akal bagi sang pendeta ternyata dapat diwujudkan oleh kedua putranya.

Realistic (realistis). Artinya sesuai dengan sumber daya yang saat ini Anda miliki atau masih dalam kendali Anda, bukan orang lain. Sebagai contoh, impian saya untuk membuat seminar di angkasa pada awalnya tidak realistis karena saya tidak punya kenalan di maskapai penerbangan. Namun impian tersebut kemudian jadi realistis karena teman saya, Eddy Efendy, pengusaha travel yang saban bulan membawa karyawan berbagai perusahaan terkemuka di Indonesia untuk berlibur ke luar negeri. Eddy juga memiliki jaringan yang sangat bagus dengan banyak maskapai penerbangan. Alhasil, dengan kerja sama yang kuat, kami dapat mewujudkan impian tersebut.

Time bound (ada batas waktunya). Artinya kapan Anda ingin itu terwujud. Saya sering menemukan banyak orang yang tidak pernah serius dengan impian mereka, termasuk menetapkan kapan mereka ingin impian mereka terwujud. Seorang teman yang sudah setahun wisuda belum juga mendapatkan pekerjaan, ketika ditanya sampai kapan ia akan menganggur, dengan santai menjawab, "Ya, gimana nanti, deh."

Target yang telah Anda tetapkan itu, hendaklah ditulis. Mengapa? Sesuatu yang ditulis akan lebih jelas dan mudah diingat. Menuliskan target Anda seperti membuat komitmen atau kontrak kepada diri Anda sendiri. Saya sendiri membiasakan diri untuk menulisnya di sebuah buku. Kadang-kadang saya suka menulisnya di selembar kertas atau buku agenda saya.

Kedua, uraikan manfaat yang bisa didapatkan jika impian itu terwujud. Jika manfaat itu bisa dituliskan, tentu akan lebih baik. Sebaiknya manfaat itu bukan hanya bagi diri Anda sendiri melainkan juga bagi orang yang paling Anda cintai, orang-orang di sekitar Anda dan sesama lainnya. Semakin besar manfaat yang bisa Anda peroleh maka Anda akan semakin bersemangat dalam menggapainya.

Ketiga, doakan impian Anda tersebut. Mintalah bantuan Tuhan sebab bagaimana pun kerasnya kita bekerja akan sia-sia jika Sang Sumber Segala Rahmat tidak memberkatinya. Terkadang impian kita tidak kunjung terwujud karena bertentangan dengan kehendak-Nya atau memang belum waktunya. Untuk itu, usahakan Anda meluangkan waktu yang cukup sehingga dapat berkomunikasi dengan-Nya mengenai impian Anda ini.

Keempat, identifikasi semua masalah atau hambatan yang kiranya akan Anda hadapi dalam rangka mewujudkan impian tersebut. Tahapan ini ibarat membuat peta perjalanan Anda semakin jelas.

Kelima, identifikasi orang, kelompok orang atau organisasi yang kiranya dapat membantu Anda mewujudkan impian tersebut. Barangkali Anda akan mendapatkan ada orang, kelompok atau organisasi yang dapat bersinergi dengan Anda bahkan bisa jadi mereka memiliki impian yang sama sehingga Anda bisa bekerja sama dengan mereka.

Secara pribadi, saya sangat menghargai data base kenalan saya. Ada beberapa album kartu nama yang saya klasifikasikan secara khusus. Misalnya album kartu nama untuk kenalan yang birokrat, pengusaha, profesional, dsb. Setiap kali saya berusaha untuk memecahkan sebuah masalah atau meraih impian yang besar, saya selalu membuka album kartu nama yang sesuai dengan kebutuhan saat itu.

Keenam, identifikasi pengetahuan dan ketrampilan apa saja yang sangat Anda perlukan dalam upaya untuk meraih impian tersebut. Barangkali Anda harus membaca buku-buku tertentu, mengikuti kursus, seminar atau training. Jangan ragu untuk terus belajar dan memperbaiki diri. Les Brown pernah berkata, "To achieve something you have never achieved before, you must become someone you have never been before."

Ketujuh, buatlah plan of action yakni langkah-langkah yang akan Anda tempuh. Pada tahap ini, Anda perlu mengambil waktu yang cukup untuk menyusun strategi yang ingin Anda tempuh. Pada tahap ini, mungkin Anda harus memecah target Anda menjadi lebih kecil. Misalnya, kalau dalam dua belas bulan ke depan, Anda ingin menurunkan berat badan 12 kilogram, itu artinya tiap bulan Anda harus menurunkan berat badan sekitar satu kilogram. Berdasarkan itu, Anda kemudian menyusun strategi mengenai apa yang boleh dan tidak boleh Anda makan, jenis olah raga apa yang harus Anda lakukan secara reguler, dan sebagainya. Bisa jadi pada tahap ini, Anda perlu berkonsultasi dengan orang yang lebih ahli.

Kedelapan, action. Jika sebuah impian memang bernilai, ia layak diperjuangkan dengan sepenuh hati. Pada tahap ini, komitmen Anda benar-benar diuji. Seorang teman pernah mengingatkan kalau jarak yang paling jauh adalah dari hati ke tangan. Banyak orang yang hatinya telah terbakar dan tergerak oleh impian, sayangnya tangannya tidak ikut bergerak. Alhasil, semuanya hanya tinggal impian semata.

Kesembilan, jaga sikap mental Anda. Tetaplah berpikir positif dan beranilah bangkit dari kegagalan. Tanggapilah setiap kritik dan masukan negatif dengan sikap bijaksana. Lupakan mereka yang bisanya hanya mengolok-olok dan meremehkan Anda. Sesuatu yang mustahil bagi orang lain, belum tentu mustahil bagi Anda.

Kesepuluh, lakukan evaluasi secara berkala. Sekiranya diperlukan perubahan, jangan ragu untuk melakukannya. Jangan kaku! Bersikaplah fleksibel dalam soal cara atau metode. Temukan, apakah ada cara yang lebih baik untuk melakukan sesuatu sehingga membawa Anda semakin dekat dengan impian Anda?

Sumber: Paulus Winarto

Tuesday, December 08, 2009

Patung David


"Di Florence, terdapat sebuah museum istimewa yang sengaja dibangun bagi sebuah patung David yang diciptakan oleh Michelangelo beberapa ratus tahun yang lalu. Patung itu barangkali adalah sebuah kaya patung yang paling indah di dunia. Berada secara fisik di dalam ruangan yang sama dengan patung tersebut adalah sebuah pengalaman yang tidak akan pernah dapat dilupakan.

Cerita tentang pembuatan David sangat menarik dan menjadi pelajaran berharga. Dahulu, Michelangelo diminta secara khusus oleh keluarga Medicis untuk menciptakan sebuah patung yang akan diletakkan di alun-alun Kota Florence. Keluarga Medicis adalah “sebuah keluarga yang kaya raya dan terpandang di Italia pada zaman tersebut”. Sebuah pesanan khusus dari keluarga Medicis bukan hanya berarti sebagai sebuah kehormatan besar; pesanan seperti ini juga sebuah tugas yang tidak dapat ditolak begitu saja. Selama dua tahun penuh Michelangelo mencari sebongkah batu yang dapat dia pergunakan untuk menciptakan sebuah mahakarya bagi keluarga Medicis.

Akhirnya, di pinggir sebuah jalan di Florence, separuh tertutup semak belukar dan tertimbun lumpur, dia menemukan sebongkah besar pualam di atas sebuah titian kayu. Batu tersebut bertahun-tahun sebelumnya telah diangkut, dari pegunungan, tetapi tidak pernah dipergunakan orang.

Michelangelo telah melalui jalanan itu berkali-kaki, tetapi kali ini dia berhenti dan menatap batu tersebut lebih dekat lagi. Ketika dia maju mundur mengamati bongkahan pualam itu, dengan jelas dia dapat membayangkan patung David dan melihatnya di dalam batu tersebut secara keseluruhan.

Sang pematung dengan segera mengatur agar bongkahan pualam itu dapat diangkut ke studionya yang cukup jauh dari tempat ditemukannya batu tersebut. Dia kemudian memulai pekerjaannya yang panjang dan berat, memalu dan memahat. Diperlukan dua tahun penuh baginya untuk bekerja menciptakan gambaran kasar patung tersebut. Dia kemudian menyisihkan palu dan pahatnya, dan menghabiskan dua tahun lagi untuk memoles dan menghaluskan sampai patung itu benar-benar siap.

Michelangelo pada saat itu telah menjadi seorang pematung yang terkenal, dan kabar bahwa dia sedang mengerjakan sebuah pesanan khusus dari keluarga Medicis telah menyebar ke seantero Italia. Ketika waktunya tiba untuk mempertontonkan patung tersebut kepada publik, ribuan orang datang dari seluruh Italia danberkumpul di alun-alun kota.

Ketika selubung yang menutup patung dibuka, kerumunan massa yang berada disana tercengang dengan mulut ternganga. Patung itu luar biasa indah. Orang banyak bersorak-sorai. Wanita-wanita jatuh pingsan. Para pengunjung merasa kagum melihat kecantikan luar biasa patung hebat itu. Michelangelo dengan segera dikenal sebagai pematung terhebat pada zamannya.

Sesudah itu, ketika Michelangelo ditanya bagaimana dia dapat menciptakan sebuah mahakarya seperti itu, dia menjawab dengan mengatakan bahwa dia telah melihat David dengan lengkap dan sempurna pada batu pualam yang dia temukan. Yang dia lakukan hanyalah membuang apa-apa yang bukan David."

Sebuah cerita yang bagus sekali, ketika selesai membaca ini saya langsung memikirkan betapa hebatnya Michaelangelo bisa "melihat" David dalam patung tersebut, tiba-tiba "Tuing" kira2 dapet hikmat yang berkata "Seperti itulah Pemahat Agung memahat". Langsung kata-kata tersebut menjadi jelas sekali maknanya.

Bukankah seperti itu hidup kita, ada seorang Pemahat Agung yaitu Tuhan Yesus Kristus yang menemukan kita dalam keadaan "penuh semak belukar dan lumpur dosa" di mana tidak ada seorangpun yang memperhatikan kita. Tapi Pemahat Agung itu sudah melihat gambaran yang begitu jelas tentang siapa kita di dalam batu tersebut. Dan ketika kita mengizinkan diri kita dipahat oleh Pemahat Agung tersebut. Dia akan mengikis bagian-bagian yang mana bukan diri kita yang sebenarnya.

Kedengkian, hawa nafsu, iri hati, perseteruan, cinta uang, egois dan lain-lain. Ketika sedang dipahat, sakit dan tidak enak rasanya tapi itu PERLU untuk membuang bagian-bagian yang mana bukan kita. 2 tahun Michaelangelo memahat sampai terjadi gambaran kasarnya, saya percaya seperti itulah Pemahat Agung memahat kita. Ada proses waktu yang diizinkan agar siapa diri kita terbentuk. Dan 2 tahun berikutnya untuk memoleskan dan menghaluskan . Saya percaya setelah kita dikikis sedemikian rupa ada tahap pemolesan dan pengahalusan agar karunia/talenta yang diberikan semakin terasah. Dan pada saat itulah diri kita yang sebenarnya agar terlihat. Saya berdoa agar semua yang membaca ini mengalami dan merasakan potensi maksimal yang ada dalam dirinya.

Wednesday, December 02, 2009

PASSION MATTERS MORE THAN TALENT

One of the great­est bless­ings in my life is hav­ing been born in a pastor’s home. One of the great­est chal­lenges I’ve had to over­come in my life is hav­ing been born in a pastor’s home. I have been priv­i­leged to learn so much about the nuances and how-to’s of min­istry at an early age. While that was a great oppor­tu­nity, it was also some­thing I had to unlearn in order to truly be effec­tive in ministry.

For the first eight years or so of my min­istry, I man­aged to teach, lead, and serve with­out ever really flex­ing my heart mus­cle. I did it all with wit, fancy foot work, and things I had learned from one of the great­est pas­tors who ever lived.

I knew what a good ser­mon was and I could preach one; but it was all head, no heart. Most of these sure-​​fire, get a response ser­mons, were not my own. They came from oth­ers who I had read after or lis­tened to.

I coun­seled many peo­ple and even helped a few. But I was shoot­ing from the hip and never able to truly empathize. The per­son on the couch got some good one-​​liners and Hall­mark card quotes, but again, there was no passion.

Melanie would often ask me, “Scott, are you happy? Are you chal­lenged? Do you enjoy doing what you’re doing?” I don’t actu­ally recall my response to her ques­tions, but on the inside the answer was a def­i­nite “no.” Pas­sion is like oil to an engine, with­out it you are headed for burn out.

It wasn’t until I went through an incred­i­ble break­ing process in God’s hands, that I finally found pas­sion in my min­istry. The dis­con­nect from heart to head was fixed when I was bro­ken. By the way, I’m thank­ful my break­ing took place in God’s hands. Matthew 21:44 tells us that we can either fall upon the stone and be bro­ken, or the stone will fall on us and grind us to powder.

This actu­ally brings up another thing I wish I had known when I first launched into min­istry — God min­is­ters best out of the bro­ken places. My min­istry was made and solid­i­fied through my brokenness.

Peo­ple aren’t look­ing for some­one who’s got “it” all together; and besides that, you don’t! So be real. Let peo­ple see God as He leaks through the cracks in your life.

Once I con­nected my heart with my min­istry, ser­mons were no longer just great thoughts cap­tured on tape or writ­ten down dur­ing a con­fer­ence, but there was a flow out of the bro­ken places in my heart. It was no longer head knowl­edge, but heart knowl­edge that was com­ing from the pul­pit. Peo­ple could feel the dif­fer­ence and lives were touched.

I remem­ber look­ing at some of the peo­ple I had pre­vi­ously coun­seled and think­ing I should go and apol­o­gize to them for the lame — all head, no heart — coun­sel I had given them. I had lived such a shel­tered life I really didn’t know pain, nor did I know how to feel with oth­ers. One of the things that makes our Sav­ior so won­der­ful is that He is a high-​​priest who can be touched by what touches us.

Let me encour­age you, if you have bro­ken places in your life, stop try­ing to hide the cracks. Peo­ple don’t need any more fakes or facades…they need to see lead­er­ship that does not put on airs of per­fec­tion but that of human­ity and humility.

Find your pas­sion! Fall upon the stone and be bro­ken in God’s pres­ence. Ask God to move you with what moves Him. As the song says, “break my heart for what breaks Yours.”

Here’s a few pas­sion obser­va­tions I’d like to leave you with:

  • The dif­fer­ence between a good leader and a great leader is passion.
  • A pas­sion­ate leader with a few skills will out-​​perform the pas­sive leader with many skills.
  • Pas­sion­ate lead­ers move their team beyond prob­lems and into opportunity.
  • You can never lead some­thing you don’t pas­sion­ately care about.
  • You can never start a fire in your orga­ni­za­tion unless it is first burn­ing in you.
  • When you are pas­sion­ate about what you are doing, per­se­ver­ance and com­mit­ment come with the territory.
  • Pas­sion turns your have-to’s into want-to’s. Your chores will become challenges.
  • With pas­sion, you enjoy the climb as much as reach­ing the summit.
  • A per­son with pas­sion never needs a jump start.
  • A pas­sion­ate per­son does not have to push him­self to start, he has to force him­self to stop
Source : Pastor Scott Jones

Comment:
Yang dikatakan di atas itu benar sekali, kita membutuhkan passion dalam mengikut Tuhan terutama dalam melayani Dia. Sekali kita membiarkan passion itu hilang, maka yang ada hanya kelesuan, kehampaan, rutinitas dan pelayanan akan terasa sebagai beban yang luar biasa bukan lagi sebagai suatu kehormatan. Sungguh disayangkan, sekarang ini banyak saya melihat anak-anak Tuhan sudah kehilangan passion tersebut.

Bagaimana menemukan kembali passion tersebut? Dalam Wahyu 2:4-5 dikatakan bahwa kita telah MENINGGALKAN kasih mula-mula tersebut. Dan Tuhan memerintahkan untuk kita MELAKUKAN LAGI apa yg dulu kita lakukan. Sering saya dengar, anak Tuhan berdoa kira-kira seperti ini "Tuhan berikan kami hati yang mengasihi jiwa-jiwa lagi". Doanya keliatan sangat baik dan mulia tetapi ini tidak sesuai dengan Firman Tuhan, bahasa kerennya tidak alkitabiah. Tuhan memerintahkan kita untuk melakukan "TINDAKAN" kasih bukan meminta "Perasaan (passion)" kasih. Saya percaya kita kita melakukan tindakan kasih maka perasaan(passion) tersebut akan mengikuti. God Bless You :)