Wednesday, August 18, 2010

Kisah sebuah toples



Seorang profesor berdiri di depan kelas filsafat. Saat kelas dimulai, dia mengambil stoples kosong dan mengisinya dengan bola-bola golf. Kemudian ia bertanya pada murid-muridnya, "Apakah stoples sudah penuh?" Para murid setuju!!

Kemudian, profesor itu menuangkan batu koral ke dalam stoples lalu mengguncangnya dengan ringan. Batu-batu koral segera mengisi tempat yang kosong di antara bola-bola golf. Profesor itu kembali bertanya kepada para murid, "Apakah stoples sudah penuh?" Mereka setuju!!

Selanjutnya, sang profesor menabur pasir ke dalam stoples. Tentu saja, pasir menutupi semuanya.
Sekali lagi, beliau bertanya pada murid-muridnya, "Apakah stoples ini sudah penuh?"
Para murid berkata, "Ya...!!"

Kemudian dia menuangkan dua cangkir kopi ke dalam stoples, yang secara efektif mengisi ruang kosong di antara pasir.

Para murid tertawa.. :))

Profesor angkat bicara. "Sekarang, saya ingin kalian memahami bahwa stoples ini mewakili kehidupanmu. Bola-bola golf mewakili hal-hal penting: Tuhan, keluarga, anak-anak, kesehatan, dll. Jika yang lain hilang dan hanya tinggal mereka, maka hidupmu masih tetap penuh."

Batu-batu koral adalah 'hal-hal lain', seperti pekerjaanmu, rumah, dan mobil. Sementara pasir adalah hal-hal sepele. Jika kalian memasukkan pasir pertama kali ke dalam stoples, maka tak akan tersisa ruangan untuk bola-bola golf dan batu-batu koral. Hal yang sama akan terjadi dalam hidupmu. Jika kalian menghabiskan energi untuk hal-hal sepele, kalian tak akan mempunyai ruang untuk hal-hal yang penting buat kalian.

Jadi, beri perhatian untuk hal-hal yang penting untuk kebahagiaanmu. Misalnya, berinteraksi dengan keluarga atau luangkan waktu untuk memeriksa kesehatan. Bisa juga, ajak pasanganmu untuk keluar makan malam. Intinya, berikan perhatian terlebih dahulu pada 'bola-bola golf' atau hal yang benar-benar penting. Atur prioritasmu! Baru yang terakhir, urus 'pasir'nya.."

Salah satu murid mengangkat tangan dan bertanya, "Bagaimana dengan kopi? Ia mewakili apa?"

Profesor itu tersenyum, "Saya senang kamu bertanya. Itu untuk menunjukkan kepada kalian, sekalipun hidupmu tampak sudah sangat penuh, tetap selalu tersedia tempat untuk secangkir kopi bersama sahabat.."

Sumber: Unknown